Selasa, 19 Oktober 2010

Material Penyambungan Serat Optik

Material Penyambungan Serat Optik :
• Kabel serat optik
• Alkohol kadar minimal 95 %
• Tissue
• Sleve/conector
• Penyambung Kabel Optik
• Main sleve atas/bawah
• Clamp
• Clamping bar atas/bawah
• Fiber sheet
• Tension member clamp
• Busing with bounding wire
• Sealing type
• Sealing cord
• Tissu
• Sarung tangan
• Pita ukur
• PVC tape

OTDR (Optical Time Domain Reflectometer )

OTDR (Optical Time Domain Reflectometer ).
OTDR adalah alat ukur kabel serat optik yang paling vital dalam instalasi maupun pemeliharaan jaringan kabel serat optik .
1. OTDR merupakan salah satu peralatan utama baik untuk instalasi maupun pemeliharaan link serat optik.
2. OTDR memungkinkan sebuah link diukur dari satu ujung.
3. OTDR dipakai untuk mendapatkan gambaran visual dari redaman serat optik sepanjang sebuah link yang diplot pada sebuah layar dengan jarak digambarkan pada sumbuX dan redaman pada sumbuY.
4. Informasi mengenai redaman serat, loss sambungan, loss konektor dan lokasi gangguan serta loss antara dua titik dapat ditentukan daridisplay ini.

Agar OTDR dapat bekerja dengan baik harus dihindari lokasi sebagai berikut:

1. Vibrasi yang kuat.
2. Kelambatan yang tinggi atau kotor(debu).
3. Dihadapkan langsung ke matahari.
4. Daerahgas reaktif.

Gambar 3.5. OTDR AQ7260 Yokogawa (Ando)

Dalam mempergunakan OTDR perlu diperhatikan hal - hal sebagai berikut :
• Jangan melihat langsung laser kemata, karena berbahaya bagimata
• Konektor harus bersih, agar didapat hasilyang benar
• Tegangan catuan yang diijinkan
• Penanganan kabel konektor
• Kondisi lingkungan alat
• Kemampuan spesifik dari peralatan

3.8.2 OTB (Optical Terminal Block)
OTB adalah suatu perangkat yang berfungsi sebagai interface antara jaringan luar dengan perangkat terminal SKSO.

Gambar 3.6. OTB (Optical Terminal Block)

3.8.3. Patch Core
Patch core berfungsi sebagai media penghubung alat ukur OTDR dengan core yang idle (kosong) pada OTB.

Gambar 3.7. Macam-macam Patch Core

OTDR (Optical Time Domain Reflectometer )

OTDR (Optical Time Domain Reflectometer )
OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu serat optik pada domain waktu. OTDR dapat menganalisis setiap dari jarak akan insertion loss, reflection, dan loss yang muncul pada setiap titik, serta dapat menampilkan informasi pada layer tampilan dan juga dapat menentukan:
1. Redaman total serat optik ( total loss ).
2. Panjang kabel serat optik.
3. Redaman persatuan panjang ( section loss ).
4. Jarak kerusakan / sambungan.
5. Redaman sambungan.
6. Crack dan Bending.
7. mengetahui lokasi titik penyambungan dan beberapa besar lossnya.
8. mengetahui jenis sanbungan.

Mekanisme Kerja OTDR :
Umumnya mekanisme kerja OTDR adalah sebagai berikut :
1. Sinyal-sinyal cahaya dimasukkan ke dalam serat optik.
2. Sebagian sinyal dipantulkan kembali dan diterima oleh penerima.
3. Sinyal balik yang diterima akan dinyatakan sebagai loss.
4. Waktu tempuh sinyal digunakan untuk menghitung jarak.

Gambar 3. 3. OTDR
OTDR digunakan dalam pengujian performansi kabel serat optik.OTDR merupakan salah satu peralatan utama baik untuk instalasi maupun pemeliharaan link serat optik.OTDR memungkinkan sebuah link di ukur dari satu ujung.OTDR di pakai untuk mendapatkan gambaran visual dari redaman serat optik sepanjang sebuah link yang di plot pada sebuah layar dengan jarak di gambarkan pada sumbu X dan redaman pada sumbu Y.Informasi mengenai redaman serat, loss sambungan, loss konektor dan lokasi gangguan serta loss antara dua titik dapat di tentukan dari display layar OTDR ini.
Dalam Mempergunakan OTDR perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut :
a. Jangan melihat langsung laser ke mata, karena berbahaya bagi mata.
b. Konektor harus bersih, agar didapatkan hasil yang benar.
c. Tegangan catuan yang diijinkan.
d. Penanganan kabel konektor.
e. Kemampuan Spesifik dari peralatan.
Sebelum bekerja dengan OTDR perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini :
a. Perhatikan spesipikasi teknik yang dimiliki perangkat.
b. Lakukan pembersihan terhadap konektor (umper cord).

Dalam mengoperasikan OTDR, sebelum pengukuran perlu dilakukan pemilihan dan pengetesan ( setting ) beberapa parameter meliputi :
a. Seting IOR ( indeks bias ).
b. Pemilihan panjang gelombang laser.
c. Pemilihan rentang jarak ( distansi range ), yaitu penentuan jarak beberapa yang inggin diukur.
d. Pemilihan lebar pulsa.
e. Setting Att.
f. On/Off laser.
Pengukuran menggunakan OTDR dimulai dari menghubungkan patch core ke OTB. Setiap ujung kabel serat optik berakhir di sebuah terminasi untuk hal tersebut dubutuhkan penyambungan kabel serat optik dengan pightail serat optik di Optical Termination Board ( OTB ).Dari OTB kabel serat optik tinggal disambung dengan pigtael serat optik ke perangkat multiplexer, switch atau bridge (converter to ethernet UTP ).
Dari OTB kabel serat optik tinggal disambung dengan patchcord serat. Penyambungan kabel serat optik disebut sebagai splicing. Splicing menggunakan alat khusus yang memadukan dua ujung kabel seukuran rambut secara presisi, dibakar pada suhu tertentu sehingga kaca meleleh tersambung tanpa bagian coated-nya ikut meleleh. Setelah tersambung, bagian sambungan ditutup dengan protection sleape yang dipanaskan. Alat ini mudah dioperasikan, namun sangat mahal harganya. Inilah sebabnya meskipun harga kabel fiber optik sudah jauh lebih murah namun alat dan biaya lainnya masih mahal, terutama pada biaya pemasangan kabel, splicing dan terminasinya.Pigtail yang disambungkan ke kabel optik bisa bermacam-macam konektornya, yang paling umum adalah konektor FC. Dari konektor FC di OTB ini kita tinggal menggunakan patchcord yang sesuai untuk disambungkan ke perangkat.


Gambar 3. 4. Fusion Splicer

Setelah kabel optik terpasang di OTB dilakukan pengujian end-to-end dengan menggunakan OTDR (Optical Time Domain Reflectometer ). Dengan OTDR akan didapatkan kualitas kabel, seberapa besar loss cahaya dan berapa panjang kabel totalnya. Harga perangkat OTDR ini sangat mahal, meskipun pengoperasiannya relatif mudah. OTDR ini digunakan pula pada saat terjadi gangguan putusnya kabel laut atau terestrial antar kota, sehingga bisa ditentukan di titik mana kabel harus diperbaiki dan disambung kembali.

3.8 Alat Ukur dan Aksesoris Pendukung
Berikut peralatan dan aksesoris yang digunakan dalam pengukuran loss kabel serat optik ini adalah :
a) OTDR (Optical Time Domain Reflectometer ).
b) OTB (Optical Terminal Block).
c) Patch core.
d) PC dengan sofwere Fiber Trance Viewer AQ 7932 Emolution. yang berfungsi sebagai media untuk membaca data yang disimpan yang selanjutnya di print.

Proses Pembuatan Serat

Proses Pembuatan Serat
Proses pembuatan serat berhubungan erat dengan pemilihan bahan serat. Ada beberapa sifat yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan ini yaitu :
 Bahan serat harus transparan pada panjang gelombang tertentu,agardapat merambatkan cahaya dengan efisien
 Perbedaan indeks bias inti dan kulit harus kecil dan kedua bahan harus mudah bersatu
 Fleksibel dapat ditarik panjang dan tipis.

Kerugian Serat Optic

Kerugian Serat Optic :
1. Konstruksi fiber optik lemah sehingga dalam pemakaiannya diperlukan lapisan penguat sebagai proteksi.
2. Karakteristik transmisi dapat berubah bila terjadi tekanan dari luar yang berlebihan
3. Tidak dapat dialiri arus listrik, sehingga tidak dapat memberikan catuan pada pemasangan repeater

Keuntungan Kabel Serat Optik

Keuntungan Kabel Serat Optik :
1. Mempunyai lebar pita frekuensi (bandwith yang lebar).
Frekuensi pembawa optik bekerja pada daerah frekuensi yang tinggi yaitu sekitar 1013 Hz sampai dengan 1016 Hz, sehingga informasi yang dibawa akan menjadi banyak.
2. Redaman sangat rendah dibandingkan dengan kabel yang terbuat dari tembaga, terutama pada frekuensi yang mempunyai panjang gelombang sekitar 1300 nm yaitu 0,2 dB/km.
3. Kebal terhadap gangguan gelombang elektromagnet.
Fiber optik terbuat dari kaca atau plastik yang merupakan isolator, berarti bebas dari interferensi medan magnet, frekuensi radio dan gangguan listrik.
4. Dapat menyalurkan informasi digital dengan kecepatan tinggi. Kemampuan fiber optik dalam menyalurkan sinyal frekuensi tinggi, sangat cocok untuk pengiriman sinyal digital pada sistem multipleks digital dengan kecepatan beberapa Mbit/s hingga Gbit/s.
5. Ukuran dan berat fiber optik kecil dan ringan.
Diameter inti fiber optik berukuruan micro sehingga pemakaian ruangan lebih ekonomis.
6. Tidak mengalirkan arus listrik.
Terbuat dari kaca atau plastik sehingga tidak dapat dialiri arus listrik (terhindar dari terjadinya hubungan pendek).
7. Sistem dapat diandalkan (20 – 30 tahun) dan mudah pemeliharaannya.
8. Fleksible atau kaku.

Selasa, 05 Oktober 2010

Kontrak Management Div InfraTEL menjadi komitment dan barometer utama

Pada grafik NKSU Div InfraTEL pada Tahun 2009 terlihat bahwa Nilai Kerja Sub Unit ( NKSU ) masih belum selaras dengan Nilai Kerja Unit, sehingga menghasilkan konstanta deviasi yang cukup lebar. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan pencapaian kinerja anatara Divisi dengan Sub Unitnya

Beberapa hal yang melatarbelakngi kesenjangan tersebut antara lain adalah penetapan target yang kurang menantang, penentuan indikator yang belum secara utuh mencerminkan kinerja sub unit serta belum optimalnya keterlibatan jajaran management dalam penyusunan KM

Menyadari kondisi tersebut maka EGM InfraTEL pada PBS nya mengambil tema: Implementasi Merit system dalam pemberian Insentif berdasarkan NKSU mulai periode KM TW II – 2010.

Yang artinya bahwa pemberian insentif adalah benar benar berasal dari hasil kinerja yang sudah dicapai. Jika yang kita kerjakan baik, maka kinerja pun akan baik sehingga insentif yang diterima juga akan baik, begitu juga jika sebaliknya.

Karena dijadikan sebagai dasar pemberian insentif, maka Kontrak Management ( KM ) harus benar benar sebagai barometer kinerja oleh masing masing unit, untuk itu maka dilakukan berbagai pembenahan dalam pengelolaan kinerja di Divisi InfraTEL

Terkait dengan PBS tersebut maka pada Bulan Maret 2010 dilakukan Penajaman Kontrak Managemen/KM , (KM adalah suatu kesepakatan antara pimpinan unit (dalam hal ini egm) dengan pimpinan sub unit mengenai rencana kinerja yang akan dicapai pada akhir tahun, dan KM ini digunakan sebagai panduan tolok ukur penyelesaian kegiatan dan dasar penilaian kinerja sub unit

Panajaman KM ini dipimpin langsung oleh EGM InfraTEL dengan masing masing Senior Leader secara 1 on 1.

Pada saat 1 on 1 selain ditetapkan target yang smart, menantang serta best effort, juga merupakan aktualisasi 5 C.

Program Aksi selanjutnya adalah pembangunan aplikasi, berupa tools yang diberi nama RM 247 yang diprakasai oleh Era Kamali/ SM Busdev beserta timnya yang bekerjasama dengan Bidang NMS. Tools ini adalah sarana review management yang efektif dan efisien yang bisa diakses dari mobile phone. Dengan digunakannya Tools ini para Senior Leader menjadi lebih siaga 24 jam 7 hari ( RM 247 )

Kualitas & Ketepatan eksekusi program kerja dan solusi permasalahan oleh para SL dijadikan indikator KM yang dapat diukur dengan tools ini.

Selain tools aplikasi 247, dilakukan juga pengukuran CSI ( Customer Satisfication Index )dari seluruh unit , dimana Kegiatan pengukuran kepuasan pelanggan ini adalah untuk mendukung strategic objective Divisi InfraTEL yaitu Creating InfraTEL’s Customer Value to achieve 80 % Customer Satisfaction Index in 2014. Dimana InfraTEL’s Customer Value merupakan nilai – nilai yang diinginkan pelanggan sedangkan Customer Satisfaction Index merupakan indeks hasil pengukuran kepuasan pelanggan yang diukur dalam periode tertentu sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan InfraTEL’s Customer Value.

Survey kepuasan pelanggan Divisi InfraTEL ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana kepuasan pelanggan terhadap infrastruktur dan layanan Divisi InfraTEL

Adapun CSI ini selain Sebagai tolak ukur layanan pelanggan Divisi InfraTEL juga sebagai Sebagai bahan evaluasi bagi peningkatan layanan Divisi InfraTEL

Setiap Triwulan Kontrak Management Sub Unit ini dievaluasi langsung oleh EGM .Pada tahapan ini EGM melakukan konseling kepada Sub Unit dengan kriteria yang ditetapkan EGM yang dapat berupa NKSU tertinggi, terendah atau Sub unit dengan growth NKSU yang cukup tinggi atau kriteria lainnya yang ditetapkan secara situasional.

Moment konseling ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan atau kendala yang dihadapi oleh unit, ataupun untuk mengetahui bagaimana sub unit mengelola serta mengawal NKSU sehingga dapat meraih pencapaian yang baik.

Dengan konseling ini terhadap kinerja masing masing Sub Unit ini diharapkan akan ada perbaikan kinerja di triwulan selanjutnya.

Dengan tahapan penyusunan KM serta evaluasi rutin per triwulan yang melibatkan EGM dan Para Senior Leader, maka KM yang menjadi barometer utama pengendalian bisnis dan implementasi merit system . Perubahan signifikan yang terjadi adalah pada penurunan konstanta deviasi, yang artinya bahwa NKSU dan NKU telah sejalan dan tepat sasaran.

Dari hasil kinerja yang telah dicapai InfraTEL ini dapat kami sampaikan pula PBS ( Proyek Budaya Saya ) yang dilakukan EGM ini selain merupakan langkah pertama menunjukkan dampak nyata Transformasi Budaya dan dampak nyata 5 Corporate Values, juga menunjukkan sukses nyata dalam waktu 100 hari, dan terlebih lagi bahwa program ini berada dalam kendali langsung para senior leader yang berwenang.

Keberhasilan PBS EGM InfraTEL ini mendapatkan pengakuan pada acara 5 C Star Day (19/7), dimana pada acara tsb Edy Irianto menerima reward sebagai The Best Caring Meritocracy.

Dengan penghargaan ini Edy Irianto menyampaikan bahwa dukungan dan dorongan jajaran InfraTEL menjadi energi dan semangat baru bagi nya untuk siap menjalankan amanah rekan rekan dalam membuktikan bahwa InfraTEL is the best

Arahan EGM InfraTEL pada saat WS Rencana kerja 4 Juta speedy di Th 2011

Tahun 2011 sudah di depan mata dan target 4 Juta speedy di Th 2011 pun sudah dicanangkan, maka para unit Pengelola Infrastruktur sudah harus berbenah diri guna mendukung tercapainya tujuan tersebut. Untuk itu dengan memilih lokasi di bandung, Selasa ( 28/9) jajaran ex Multimedia yaitu RMO, SO dan SA yang sejak Mei 2010 ini telah dialih kelola ke Divisi InfraTEL perlu menajamkan Rencana kerjanya guna mendukung layanan speedy dan layanan kepada corporate customer.


Workshop yang dibuka secara resmi oleh EGM InfraTEL ini selain diikuti oleh kurang lebih 60 orang dari jajaran RMO, SO dan SA, juga dihadiri oleh para Senior leader Divisi InfraTEL. Sebelum memulai arahannya, Edy Irianto sedikit menceritakan mengenai proses alih kelola dan fungsi ex multimedia ini.

Proses alih kelola ini tidak dilakukan secara radical seperti layaknya perangkat yang harus diintegrasi terlebih dahulu baru dilanjutkan ke proses migrasi. Namun, di dalam organisasi yang seharusnya dilakukan adalah migrasi terlebih dahulu dan seiring berjalannya waktu juga dilakukan integrasi.


Hal ini dilakukan karena culture setiap unit bisnis satu dengan unit bisnis lainnya berbeda, tergantung dengan jobnya masing masing. Sebagai EGM InfraTEL, Edy Irianto perlu melihat dan mempelajari betul kondisi SDM dan bisnis proses dari jajaran ex multimedia tersebut sehingga kelak saat dilakukan transformasi new infraTEL, mereka sudah beradaptasi sehingga siap untuk dilakukan integrasi. Dengan latar belakang culture yang berbeda, diharapkan hal itu tidak menjadi penghalang karena biar bagaimanapun unit bisnis Multimedia dan InfraTEL ini masih dalam 1( satu ) proses .



Edy Irianto menyampaikan pula bahwa tugas jajaran ex multi media ini sangat berat, layaknya mengelola “barang panas“. Sedikit saja layanan speedy ini mengalami gangguan maka imbasnya bisa kemana mana dan bisa membuat stres semua pihak.


Edi menambahkan juga bahwa kondisi stress adalah hal yang baik, namun prosentasenya tidak boleh lebih dari 60%. Kondisi setres seperti ini menandakan adanya rasa kepedulian dan tingginya rasa memiliki. Supaya kondisi stres ini tidak melampaui batas normal maka soliditas harus lebih ditingkatkan dan semua hal harus dibenahi dengan membuat proses yang paling efektif.


Sebagai contoh, “kasus vicon” yang terjadi baru – baru ini merupakan bukti bahwa salah satu sistem dan prosedur tidak dilakukan sebagai mana mestinya. Untuk itu Edy Irianto berharap kepada para peserta worshop untuk membuat standarisasi dan parameter yang memenuhi syarat, jangan melihat hasil kerja hanya berdasarkan visual semata saja.



Pesan berikutnya yang beliau sampaikan adalah mengenai pemberian pelayanan world class kepada Top 20 harus 99,999%. Untuk itu perlu dibuat requirement supaya Top 20 ini bisa memenuhi 99.999% baik dari sisi teknis, proses, maupun requirement lain yang dibutuhkan.


Saat ini infrastruktur sudah dibangun dengan sangat canggih, namun dibeberapa lokasi masih banyak instalasi yang amburadul dan seadanya. Instalasi IP pun masih banyak yang belum memenuhi standard dan akibatnya jika terjadi trouble akan sulit untuk dibenahi dengan segera. Masalah seperti ini kerap terjadi karena hal – hal basic (pondasi) yang sangat rapuh. Oleh karena dalam worshop ini EGM meminta untuk dilakukan pembenahan dan perapihan system dari instalasi serta perbaikan proses dan standarisasi sehingga tugas untuk menyediakan layanan 4 juta speedy ini dapat terpenuhi.


Jika kita semua sudah kerja secara optimal dan smart, namun tiba - tiba terjadi sesuatu di luar faktor teknis, kita hanya bisa berdoa dan menyerahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa.

Pesan EGM lainnya adalah tentang standarisasi Tellabs yang tidak hanya sebatas status closed saja tapi impact nya pun perlu diperhatikan.

Di akhir arahannya, EGM InfraTel pun mengingatkan kembali mengenai proses audit SOA, yang akan dilakukan dalam waktu dekat ini, diharapkan semua jajaran mampu mempersiapkan materi terkait, melakukan validasi data dan evidence sehingga target zero control deficiency bisa tercapai